Hai! Kita ketemu lagi. Kita lanjut lagi ya ngobrol tentang langkah langkah menulis puisi. Gimana, sudah mulai berpikir puitik, kan? Apakah Anda mungkin sudah menganggap ini juga sebagai salah satu cara menulis puisi yang baik dan benar? Ya...saya kira sejauh itu bisa memudahkan dalam Anda belajar menulis puisi, gak salah juga menyebutnya begitu. Untuk menguasai kemahiran dalam bidang profesi tertentu, memang dibutuhkan semacam jembatan keledai atau teknik elementer untuk mengantar ke kemahiran itu. Saya menyebut profesi, karena saya memang ingin Anda bukan hanya memiliki sekedar kemampuan menulis puisi. Tapi juga menjadikannya sebagai profesi. Dengan kata lain, saya ingin sekali, dengan langkah langkah menulis puisi ini, Anda menjadi seorang Penyair yang berintegritas dan mumpuni. Semoga.
Ayo ah kita lanjut ke langkah selanjutnya setelah berpikir puitik. Oya, sudah siap dengan secangkir kopi panas, sigaret dan penganan kan, untuk menemani ngobrol kita?...he he...
Kenapa harus bergulat dengan kata? Karena kata adalah segalanya dalam puisi. Kata adalah sebuah dunia. Kata adalah diri hidup dalam kehidupan dunianya itu sendiri. Dalam kata hidup dan bernafas imaji-imaji dan metafor-merafor. Dalam kata bersemayam makna-makna. Meski Sutardji Calzoum Bachri, salah seorang maestro Penyair kita, pernah dengan gagah-nya ingin membebaskan makna dari kata, toh dia tidak bisa mempertahankan kredo-nya itu dengan istiqomah. Ia kembali lagi kemudian kepada kata. Lagi pula, bukankah membebaskan kata dari makna sama saja dengan mengosongkan sebuah rumah dari para penghuninya? Maka rumah pun akan segera menjadi rumah yang mati, tanpa ada hidup di dalamnya.
Sampailah kini kita kepada langkah yang terakhir. Bila Anda telah menafaskan kejujuran, kewajaran dan rendah hati dalam rutinitas keseharian Anda. Bila Anda telah berpikir puitik. Bila Anda telah bergulat dengan kata. Saatnya Anda mendedahkan kata-kata Anda ke dalam tulisan. Jujur, ini adalah langkah yang paling memberi kenikmatan emosional, psikologikal dan spiritual bila kita sedang menulis puisi. Karena dalam proses ini, kita sesungguhnya sedang melakukan semacam katarsis (pelepasan) sesuatu ide, persoalan, suasana perasaan, atau respons kita terhadap suatu tantangan, yang selama ini mungkin memendam dan mengganggu ketenangan batin kita.
Ayo ah kita lanjut ke langkah selanjutnya setelah berpikir puitik. Oya, sudah siap dengan secangkir kopi panas, sigaret dan penganan kan, untuk menemani ngobrol kita?...he he...
3. Bergulat dengan kata.
Kenapa harus bergulat dengan kata? Karena kata adalah segalanya dalam puisi. Kata adalah sebuah dunia. Kata adalah diri hidup dalam kehidupan dunianya itu sendiri. Dalam kata hidup dan bernafas imaji-imaji dan metafor-merafor. Dalam kata bersemayam makna-makna. Meski Sutardji Calzoum Bachri, salah seorang maestro Penyair kita, pernah dengan gagah-nya ingin membebaskan makna dari kata, toh dia tidak bisa mempertahankan kredo-nya itu dengan istiqomah. Ia kembali lagi kemudian kepada kata. Lagi pula, bukankah membebaskan kata dari makna sama saja dengan mengosongkan sebuah rumah dari para penghuninya? Maka rumah pun akan segera menjadi rumah yang mati, tanpa ada hidup di dalamnya.
Semua berawal dari kata. Begitu ada ungkapan tentang awal penciptaan semesta ini. Itu menunjukkan betapa penting hidup kata dalam kehidupan manusia di dunia ini. Kata memberi nama pada semua benda atau realitas yang bisa dicerap oleh manusia. Dengan dan lewat kata, manusia bertumbuh eksistensi dan peradabannya. Begitulah, Tuhan pun telah mengajarkan kepada manusia lewat para Rasulnya tentang realitas di sebalik realitas yang dapat dicerap oleh indera-nya, dengan kata.
Nah, lalu bagaimana bergulat dengan kata itu? Saya tahu, Anda gak sabar menunggu. Itulah sikap antusias yang selalu saya suka dari Anda...he he..
Saya punya resep begini. Untuk melatih mengeksplor daya asosiasi kita terhadap kata, maka gunakanlah rumus: sebuah kata melahirkan seribu asosiasi. Tapi bukan berarti Anda harus mengeksplor seribu asosiasi dari tiap-tiap sebuah kata. Seribu hanya menunjukkan jumlah yang banyak. Tergantung kebutuhan Anda. Bisa lebih, atau bisa kurang dari seribu.
Bagaimana caranya? Beri contohnya dong. Lagi-lagi saya suka dengan rasa antusias Anda...he he...
Coba Anda siapkan kertas dan pena. Anda tuliskan sebuah kata. Misal, Anda ambil kata laut. Lalu tuliskanlah asosiasi-asosiasi kata dari kata laut itu. Misal, ombak, ikan-ikan predator, garam, pulau seribu, nelayan, Air Asia, Ibu menteri Susi Pujiastuti, nelayan, berpacaran sambil memancing di atas perahu, tsunami, dst. Mudah, kan? Lakukanlah dengan penuh rasa petualangan yang memberikan sensasi kenikmatan.
Bergulat dengan kata, esensinya sebetulnya adalah memperkaya persepsi kita terhadap segala hal. Kekayaan persepsi; itulah modal bagi seorang Penyair, novelis, eseis, atau author. Maka untuk memperkaya persepsi kita adalah, sebagaimana computer harus didownload dan diinstal dengan banyak aplikasi, begitu pun otak kita; ia harus diisi dengan banyak informasi dan ilmu pengetahuan. Terutama tiga ilmu yang mutlak harus dimiliki: filsafat, sosiologi dan psikologi. Tidak harus kita menjadi ahli dalam ketiga ilmu itu. Tapi setidaknya, kita memahami dasar-dasarnya yang umum.
Dan juga, banyaklah membaca karya-karya sastra, terutama puisi, dari Penyair-Penyair terbaik dan karya-karya terbaik mereka. Baik Penyair-Penyair negeri sendiri, maupun Penyair-Penyair dunia. Untuk Penyair-Penyair dunia, saya menyarankan, bacalah karya-karya Penyair-Penyair yang pernah meraih nobel sastra.
4. Mendedahkan kata-kata ke dalam tulisan.
Sampailah kini kita kepada langkah yang terakhir. Bila Anda telah menafaskan kejujuran, kewajaran dan rendah hati dalam rutinitas keseharian Anda. Bila Anda telah berpikir puitik. Bila Anda telah bergulat dengan kata. Saatnya Anda mendedahkan kata-kata Anda ke dalam tulisan. Jujur, ini adalah langkah yang paling memberi kenikmatan emosional, psikologikal dan spiritual bila kita sedang menulis puisi. Karena dalam proses ini, kita sesungguhnya sedang melakukan semacam katarsis (pelepasan) sesuatu ide, persoalan, suasana perasaan, atau respons kita terhadap suatu tantangan, yang selama ini mungkin memendam dan mengganggu ketenangan batin kita.
Nah, ayolah dedahkankanlah semua itu, ide, persoalan, suasana perasaan, atau respons terhadap suatu tantangan, bila batin Anda pun sedang memendam itu semua dan terganggu ketenangannya. Dedahkanlah ke dalam tulisan. Dedahkanlah dengan menulis puisi!
Apa dan bagaimana bentuk dan struktur puisi itu, kita obrolkan di obrolan berikutnya, ya...
Oke, sampe di sini dulu ya obrolan kita tentang langkah-langkah menulis puisi. Semoga Anda selalu diberkahi. Selamat menulis puisi!
Comments
Post a Comment