Teman-teman, kalau dalam postingan pertama
saya telah menyajikan puisi karya Penyair peraih nobel sastra dari Irlandia, William Butler Yeats, Angsa-Angsa
Liar Di Coole, kali ini saya ingin menyajikan puisi karya saya sendiri.
Selamat menikmati.
SUARA-SUARA
sajak : enes.
Pada tiap transisi waktu
Kau titipkan suara-suara
Jauh di sebalik jurang bunga-bungamu tumbuh dan kembang
Di hamparan langit dan tarian bintang-bintang harumnya kau kenang
Kemegahan langitmu dalam warna cerah
Rebah di tubuh lautmu yang tenang
Suara-suaramu melipurkan Poseidon untuk sekedar bahagia
Serupa cahaya bulanmu gembira menyimak dan memahamkan
bayang-bayang
Adalah hijau negeriku
Tempat kau juga menitipkan suara-suara
Pada gunung-gunung dan tebing-tebing batu
Pada arus sungai-sungai, pepohonan, dan angin yang menderu
Suara-suara kematian
Adalah suara-suara hidup yang dikorbankan
Suara –suara hidup
Adalah suara-suara hantu yang dengan cinta dikalahkan
Seberapa jauh jarak suara-suara dengan cahayamu
Adalah seberapa dekat cahayamu bisa diucapkan
Suara-suaramu mencari telinga-telinga
Pada telinga-telinga tubuh yang telah sengaja dimusnahkan
Tak ada yang bisa dimatikan, kekasihku
Kematian yang mistis oleh jilatan api di tubuh ringkih itu*
Tak ada yang bisa dimatikan
Bersama Kristal-kristal air mata suci
Suara-suara itu, kekasihku
Hidup dan menjadi darah daging yang meruntuhkan!
Kau sibak di sejadah rerumputan
Orang-orang rendahan yang ditinggikan dan disucikan oleh suaramu
Di akar-akar pohon hutan dalam mana cahayamu gemilang dan dinyanyikan
Dalam pelukan damai suara-suara itu, kekasihku
Doa-doamu adalah benteng yang membawa kemenangan
Suara-suara itu
Dalam ramai dan sunyi
Dalam pesta atau arak-rakan mayat ke ruang senyap pekuburan
Dalam rahim bangsaku, kekasihku
Selalu tumbuh dan dilahirkan!
Suara-suara itu
Terhembus di nafasmu.
Tangerang, 16 Desember 2011.
*Kematian Sondang Hutagalung yang membakar diri.
Comments
Post a Comment