PUISI adalah seni yang tua di dalam sejarah peradaban umat manusia. Dia telah ada semenjak bahasa verbal manusia itu sendiri ada.
Karya-karya kuno, seperti Veda India (1700-1200 SM), Zoroaster's Gathas (1.200-900 SM) atau Illiad dan Odyssey (800-675 SM), telah disusun dalam bentuk puisi. Puisi muncul di antara catatan-catatan paling awal kebudayaan tulisan, dengan fragmen-fragmen puitis yang ditemukan pada awal monolit, runestones, dan stelae.
Puisi yang tertua adalah Epos Gilgames, dari milenium ke-3 SM di Sumeria (di Mesopotamia, sekarang Irak), yang ditulis dalam naskah tulisan kuno berbentuk baji pada tablet tanah liat dan kemudian papirus. Puisi epik kuno lainnya termasuk epos Illiad dan Odyssey (Yunani) , Yasna Avesta (Old Iran), epik nasional Romawi (Virgil Aeneid) dan epos Ramayana dan Mahabharata (India).
Berasal dari kata Yunani, poesis, yang berarti mencipta, menunjukkan bahwa puisi bagian yang sangat penting dari kebudayaan. Ia memiliki makna akar kata yang kurang lebih sama dengan kebudayaan - budi dan daya - puisi dan kebudayaan adalah suatu hasil dari daya cipta akal budi manusia yang diperoleh melalui proses belajar.
Jadi apakah kemampuan menulis puisi bisa dipelajari? Apakah seseorang bisa menulis puisi dengan benar dan baik bisa didapat melalui proses belajar? Bagaimana cara menulis puisi yang benar dan baik itu?
Mari kita obrolkan bersama dengan santai. Asyik juga rasanya kalau kita sambil ngopi atau merokok (sorry, kalau Anda anti rokok, abaikan ajakan saya yang ini) atau diselingi juga dengan penganan gorengan, misalnya. Terserahlah yang asyik menurut selera Anda...he..he..
Mungkin di pikiran Anda terlintas serangkaian teori-teori yang rumit yang menjadi landasan pijakan saya. Nggak. Kita buat mudah dan praktis saja. Dan pragmatis. Artinya, saya jamin Anda akan langsung bisa menggunakannya. Dan bila Anda serius dan tekun, saya jamin pula, Anda akan bisa menulis puisi yang puisi. Lho, menulis puisi ya tentu akan menjadi sebuah puisi, Anda mungkin berpikir. Memangnya ada puisi yang tidak puisi? Ya, ada puisi yang puisi, dan ada pula puisi yang tidak puisi. Baik, kita mulai saja yuk...
Setidaknya ada empat tahapan proses yang harus dilalui untuk kita bisa menulis puisi yang puisi. Pertama, persiapan batin. Kedua, berpikir puitik. Ketiga, bergulat dengan kata. Dan keempat, mendedahkan kata-kata ke dalam tulisan.
1. Persiapan batin.
Puisi adalah bahasa manusia yang paling jujur tentang suatu realitas. Ia bukanlah suatu seni kata-kata yang mengandalkan dramatisasi berlebih di dalam dirinya. Maka tidak bisa tidak, kejujuran adalah pegangan utama bagi seseorang yang ingin menulis puisi. Kejujuran adalah pertaruhan utama bagi dirinya. Kejujuran adalah nafas dan ruh hidup-nya!
Maka, sesuai dengan jati diri puisi yang bahasa paling jujur dan bukanlah suatu seni kata-kata yang mengandalkan dramatisasi berlebih di dalam dirinya, persiapan batin yang harus dilakukan seseorang yang ingin menulis puisi yang puisi, ia harus melakukan latihan dan disiplin yang rutin sepanjang hidupnya untuk memiliki tiga anasir ruh di dalam dirinya: wajar, jujur dan rendah hati.
Wajar, artinya ia harus hidup di dalam kewajaran kodrat-nya, tidak dalam kepura-puraan dan kepalsuan atau artifisial.
Jujur, artinya ia harus selalu berpikir, berkata dan bertindak benar di dalam hidupnya.
Dan Rendah hati, artinya ia tidak sombong atau takabur. Dan ia bersikap terbuka dan menerima serta mengakui terhadap eksistensi pihak lain.
Nah, inilah latihan dan disiplin batin yang rutin yang harus dilakukan seseorang yang ingin menulis puisi yang puisi. Dan inilah persiapan batin bagi-nya. Ini bukan suatu persiapan yang mewah, kan?
Info yang bermanfaat , Saya tunggu info selanjutnya gan. Terimkash
ReplyDeleteObat Operasi caesar
Terima kasih ya Kang Didin sudah singgah...:-)
ReplyDelete